SELAMAT KEPADA KAKAK-KAKAK KELAS XII YANG TELAH LULUS UJIAN NASIONAL...SELAMAT NAIK KELAS DAN BERLIBUR KEPADA TEMAN-TEMAN KELAS X-DAN XI SEMOGA BISA BERPRESTASI DALAM BELAJAR

Posting Terakhir

Sabtu, 11 Juli 2009

MOS OSIS MAN 1 JAKARTA MULAI 13 JULI 2009

. Sabtu, 11 Juli 2009
0 komentar

MOS OSIS MAN 1 Jakarta akan dimulai 13 juli 2009, rencananya acara tersebut bertempat di ruang multimedia MAN 1 Jakarta. Para calon siswa MAN 1 Jakarta yang datang sabtu pagi tadi 11 juli 2009 diberi penjelesan oleh anggota OSIS keperluan apa saja yang harus di bawa nanti menjelang MOS.Anggota OSIS pun tidak mau main-main dalam momen seperti ini, karena DIKNAS telah menjelaskan bahwa tidak boleh berlebihan dalam proses orientasi maka dari itu, para anggota OSIS MAN 1 Jakarta yang di ketuai A. Syahruddin mengintrupsikan kepada kawan-kawan untuk tidak membebankan para calon siswa dalam mengikuti MOS, begitu juga pembina OSIS MAN 1 Jakarta, Bpk. Maktal Al hadi.

Pada acara tersebut/sabtu 13 juli, turut hadir juga wakamad bidang kesiswaan serta wakamd bid kurikulum, Bpk Tamuri S,P.d serta Trisnadian M,Pd. Namun patut disayangkan pada saat acara berlangsung hanya segelintir anggota OSIS saja yang datang, hasilnya pembina OSIS pun memberikan pernyataan kepada seluruh anggotanya yang tidak hadir senin nanti 13 juli 2009, tidak akan ikut menorientasikan calon siswa MAN 1 Jakarta untuk 3 hari mendatang.

Selengkapnya...

Selasa, 30 Juni 2009

MAN 1 Jakarta Segera Luncurkan Webside

. Selasa, 30 Juni 2009
0 komentar

MAN 1 Jakarta segera luncurkan webside, walau belum ada konfirmasi dari guru-guru atau staff yang berada di MAN 1 Jakarta namun pernytaan terebut terlontar oleh salah satu alumni tahun ini, berinisial "i", ia menyatakan akan segera membuat webside man 1 jakarta yang bernama www.man1jakarta.com. Web ini bertujuan untuk mengetahui dan memperkenalkan kepada publik tentang MAN 1 Jakarta, serta tempat para alumni-alumni bersilturahmi dalam dunia maya.Sebelumnya memang tidak ada media elektronik tentang MAN 1 Jakarta, selain manOne news dan Blog ini.
Semua warga MAN 1 Jakarta berharap agar pembuatan proyek web ini berjalan dengan lancar dan akan segera terealisasikan.


Selengkapnya...

Selasa, 23 Juni 2009

Anak Tiri Itu Bernama Madrasah

. Selasa, 23 Juni 2009
0 komentar

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Moh Ma'ruf, pada 21 September 2005 mengeluarkan Surat Edaran (SE) Mendagri No.903/2429/SJ tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2006. SE ini menimbulkan kontroversi, terutama dikalangan pegiat pendidikan Islam. SE dinilai anti-lembaga pendidikan Islam (madrasah dan pesantren).

Pada lampiran II SE tersebut, yakni pada bagian yang mengatur anggaran belanja daerah disebutkan,''Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pengalokasian anggaran APBD yang diperuntukkan membantu institusi vertikal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di daerah tidak diperbolehkan.''

Sebagaimana diketahui, lembaga-lembaga pendidikan keagamaan berhubungan secara vertikal dengan Departemen Agama karena tidak termasuk wewenang yang diotonomikan. Konsekuensinya, sesuai dengan SE tersebut, pemerintah daerah tidak berhak mengalokasikan anggaran APBD-nya untuk membantu madrasah dan pesantren. Anggaran untuk kedua lembaga tersebut berasal dari pos APBN melalui Depag.

Wakil Ketua komisi VIII DPR RI, Yoyoh Yusroh, secara tegas menolak SE tersebut dan meminta pemda untuk tetap memberikan bantuan kepada lembaga pendidikan keagamaan. Sikap serupa juga disuarakan dua organisasi massa Islam, NU dan Muhammadiyah.

Sementara itu Menteri Agama, Maftuh Basyuni, menilai SE Mendagri lahir dari kesalahpahaman dalam memandang Madrasah. Menag pun secara tegas meminta Mendagri untuk meninjau ulang SE tersebut. Lebih lanjut Menag menyatakan seharusnya pemerintah saat ini memberikan perhatian lebih kepada madrasah dan pesantren karena selama beberapa dekade yang lalu kedua lembaga pendidikan tersebut dianaktirikan oleh pemerintah.

Penolakan atas SE tersebut wajar bila melihat kondisi lembaga pendidikan keagamaan yang jauh tertinggal dari lembaga pendidikan umum. Data kelulusan siswa Madrasah membuktikan ketertinggalan tersebut. Untuk tahun ajaran 2004/2005, dengan standar kelulusan 4,26, tingkat kelulusan siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs, setingkat SMP) hanya 79,20 persen, sedangkan SMP sebanyak 80,52 persen. Untuk Madrasah Aliyah (MA, setingkat SMA) sebanyak 71,35 persen di bawah SMA/SMK yang berjumlah 74,39 persen.

Problem klasik

Bila kita lihat lebih cermat, terdapat problem klasik di balik persoalan SE tersebut, yaitu problem dualisme pendidikan. Di satu sisi, terdapat lembaga pendidikan umum berada di bawah naungan Depdiknas, dan di sisi lain Depag yang membina lembaga pendidikan keagamaan. Ini merupakan problem klasik yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda dan belum terpecahkan hingga kini.

Untuk memperlemah persatuan bumiputra, pemerintah kolonial Belanda menerapkan politik devide et impera, yang diaplikasikan dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah umum semisal Hoofdenschool (sekolah raja), De Scholen de Eerste Klasse (sekolah angka satu), De Scholen de Tweede Klasse (sekolah angka dua), MULO,

Stovia, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut didirikan sebagai antitesa dari lembaga pendidikan agama (pesantren) yang saat itu telah mengakar kuat dalam masyarakat pribumi.

Selain alasan strategis politis, upaya Belanda tersebut juga didasari episteme sekularisme Barat modern. Akibat dualisme ini adalah lahirnya lulusan yang berbeda, bahkan bertentangan pola pikir dan pola lakunya. Lulusan pesantren biasa disebut kaum sarungan (santri) dengan gaya berpikir tradisional-religius, berbeda dengan lulusan sekolah Belanda yang suka berpikir dan bersikap seperti laiknya orang Eropa.

Upaya mempertemukan, setidaknya menjembatani dikotomi pendidikan tersebut telah dilakukan sejak awal kemerdekaan. Tetapi sayangnya, solusi yang diupayakan tetap berada dalam lingkaran logika dikotomik kolonialisme Belanda.

Sedianya, pembentukan Departemen Agama, yang salah satu tugasnya membina sekolah agama, dan Departemen Pendidikan yang mengurusi sekolah-sekolah warisan Belanda, dimaksudkan untuk tujuan mulia tersebut. Tetapi sejarah di kemudian hari mencatat lain, institusionalisasi lembaga pendidikan dalam dua departemen yang berbeda, menjadikan polarisasi pendidikan Indonesia semakin mengental.

Jatah anggaran

Catatan sejarah yang menyimpang ini tidak lepas dari sikap diskriminatif yang dipraktikkan pemerintah. Selama beberapa dekade pasca-kemerdekaan, lembaga pendidikan di bawah Depag mendapatkan jatah anggaran jauh dibawah anggaran yang diterima lembaga pendidikan yang dinaungi Diknas. Sebagai perbandingan, pada tahun 1993/1994 terdapat 24.979 MI, yang sebagian besarnya, yakni 24.372 (97,6 persen) dimiliki lembaga non-pemerintah (swasta). Padahal, di saat yang sama, SD swasta di bawah naungan Diknas hanya sebesar 6 persen. Pada tingkat SLTP, terdapat 7.499 (92 persen) MTs swasta dari 8.081 MTs yang ada, dan di tingkat SLTA terdapat 88 persen (2.573) MA swasta dari jumlah total MA sebanyak 2.923. Seakan tobat dari kesalahan kebijakannya, pemerintah kemudian 'dipaksa' mengembalikan madrasah dan pesantren dalam posisi sederajat dengan lembaga pendidikan dalam naungan Diknas. Puncak 'pemaksaan' tersebut terjadi dengan disahkannya UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN).

Pasal-pasal dalam Bab VI tentang Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan, secara jelas menyebutkan tidak adanya perbedaan lembaga pendidikan agama dengan pendidikan umum. Ini artinya, sesuai dengan Bab IV tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat dan Pemerintah, terutama Bagian Keempat, Pasal 10 dan 11, lembaga pendidikan keagamaan di bawah naungan Depag berhak mendapatkan perlakuan yang sama dengan lembaga di bawah Diknas tanpa diskriminasi.

Meski demikian, lagi-lagi solusi tersebut tidak bisa keluar secara penuh dari logika dikotomisme warisan Belanda. Setidaknya, SE Mendagri tanggal 21 September 2005 tersebut telah membuktikan kesimpulan ini. Wallahu a'lam.( )


Selengkapnya...
 

Galery

Galery
Photo bersama Pak Borkat

Galery

Galery
LDKS 2007-2008

Galery

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by Min Syahril